Fragmen 1
Ikhwan – Akhwat
aktivis dakwah , Demikian orang lebih sering menyebutnya. Keduanya tampak
terlihat sibuk. Mereka berdua
menghabiskan hampir setiap waktu mereka di luar rumah. Di ruang kuliah , di
masjid kampus, di rumah kontrakan yang jadi markas dakwah dan bahkan di arak-arakan
jalanan saat mereka demontrasi. Sepenggal fase hidup mereka dipenuhi dengan
Jawdal syuro, kajian, bakti sosial , outbond hingga aksi turun ke jalan.
Selayaknya anak manusia seumur mereka,lumrah apabila ada “getar-getar” di
antara mereka. Getaran tersebut tercermin dari perbincangan keduanya
seperti ini :
[di Telepon]
Ikhwan :
Assalamuaikum……apa kabar ukhtie…??
Akhwat :
Wa’alaikum salam Akhi….Alhamdulillah…..saya
baik
Ikhwan : sedang
sibuk…..?? boleh minta waktunya…..?? ana ingin “konsultasi nih”…..??
Akhwat : Ndak
sibuk kok…….boleh3x…
Ikhwan :
@@E$%^&^&*(((@))####..........ABCDEFG……..ZZZZZ
Akhwat : $%$]##$@@@&@*………….*dengan
wajah semu merah diujung telepon )
[lain waktu lagi di
INBOX chatting di dunia maya]
Akhwat : Met
MILAD ya akhie……Barokallohu fi umrik
Ikhwan :
Jazakillah ukhtie…..
Akhwat : oh
ya……..ini saya Attach’kan nasyid special sbg hadiah……
Ikhwan :
Jazakillah Ukhtie……akan saya ingat selalu……
[ Semua masih
berlanjut seiring waktu lewat telepon, pesan singkat dan dunia maya………….hingga
suatu ketika…….…]
Akhwat : Apa
tidak sebaiknya kita melabuhkan rasa di antara kita dalam pernikahan …………….???
Ikhwan : Menikah………….??? Afwan…………..sepertinya saya belum siap…..…
Akhwat :
……………………………??????????
Fragmen 2
Jaka dan Gadis.Keduanya sudah saling mengenal. Keduanya
sering bertemu . Keduanya tak jarang saling membantu. Tak ada “getar” apapun
diantara mereka, setidaknya itu yang Gadis rasa. Hingga suatu masa sang Jaka
membuka suara….
Jaka : kutulis
sebuah puisi untukmu…….bacalah….
Gadis :
baiklah…..
[Lagi…]
Jaka : Sebuah
puisi lagi ku kurangkai dengan penuh cinta……….. bacalah……..
Gadis : Oh….ya…….baiklah
[Berkali sudah
terjadi……entah sudah berapa bilah puisi……..meski tak menumbuhkan apapun di hati
Gadis…………tetap saja Gadis merasa ini gilirannya angkat bicara]
Gadis : puisi- puisi itu sudah cukup
kiranya…………hanya saja ku ingin bertanya………..keberanian ……..sudahkah itu kau
punya………….???
Jaka :
MENIKAH……………??? Tak layak kiranya aku menduakan cintaNYA…………..aku belum
sanggup.
Gadis : …………………………….?????????
Fragmen 3
Popeye dan Olive. Tak pernah sekalipun bertemu.,apalagi bercakap panjang yang tak perlu. Lewat sang
kawan, Brutus lah keduanya mengenal dan
berbagi tahu. Cukup saja sampai di situ tak lebih dari itu. Hingga suatu waktu……..
Popeye : Assalamu'alaykum
wr wb.....Bismillahirrohmanirrohim..."maukah engkau menunggu...
bila urusanku selesai,ku ingin menemui walimu untuk meminangmu"maaf bila ada kalimat yang tidak berkenan dihatimu...Wasalamu'alaykum wr wb...
bila urusanku selesai,ku ingin menemui walimu untuk meminangmu"maaf bila ada kalimat yang tidak berkenan dihatimu...Wasalamu'alaykum wr wb...
Olive : …………………………………..??????????
Untuk ketiga kisah di atas ingin saya kutipkan puisi dari
salah satu penulis favorit saya
Harapan tanpa iman
Adalah kekecewaan
yang menunggu waktu
Kebahagiaan tanpa
barakah
Bagai
bayang-bayang tanpa cahaya
Orang suci
Menjaga kesuciannya
dengan pernikahan
Menjaga pernikahannya
dengan kesucian
[Salim A. Fillah]
Cinta itu untuk semua. Tak peduli apakah ia sosok seorang
aktivis dakwah, mahasiswa yang study oriented semata, pekerja lulusan SMA, atau
bahkan –maaf- pengangguran tanpa pekerjaan. Kesemuanya punya hak dan lumrah
sesuai fitrah jika dihinggapi oleh rasa
cinta yang suci dan tulus. Anis Matta menyebut dalam kumpulan tulisannya Serial Cinta , Cinta
adalah perasaan yang luhur. Perasaan yang luhur tersebut adalah gejolak kemanusiaan yang direstui di sisi Allah .
Sebab karena direstui oleh Allah itulah
Rasulullah bersabda “ Tidak ada yang lebih baik bagi mereka yang sudah
saling jatuh cinta kecuali
pernikahan”. Dan jalan itulah
selayaknya yang terbaik yang harus dipilih
saat seseorang disinggahi rasa yang menggetarkan hati itu. Bukan. Bukan
yang lain.
Dalam bukunya
Saksikan bahwa Aku seorang muslim , Salim A. Fillah mengutip sebuah
laporan tentang tren HTS –Hubungan Tanpa Status- diantara para aktivis dakwah
yang diliris majalah UMMI September 2006. Mungkin akan ada dan bahkan banyak yang akan keberatan
dengan hal yang beliau tulis tersebut. Beliau mengemukakan bahwa ketika
pembicaraan tentang pernikahan disisihkan dengan alasan menghambat
produktivitas kader dakwah, tetapi ternyata kemudian banyak dari sebagian
mereka mencarinya dari sumber- sumber yang men-sibgah mereka bukan dengan kata
“tanggung jawab “ sebagaimana islam dan dakwah yang mereka usung mengajarkan .
Sebaliknya , sebagian mereka lebih memilih “having fun” seperti yang diajarkan
syaithan. Beliau juga menyampaikan bahwa
menikah adalah keindahan, kecuali bagi yang memandangnya sebagai beban.Rumah
tangga adalah kemuliaan kecuali bagi yang memandangnya sebagai rutinitas tak
bermakna. Bagi aktivis dakwah, Menikah,
dakwah dan jihad adalah seiring sejalan.
Sebab ia bukan buah yang dipetik atau istirahat yang diambil setelah lama
berjuang . Sebab ia bukan terminal perjalanan . Sebab sejatinya ia lebih bisa
disebut sebagai awal perjuangan.
Pada Akhirnya….tak memandang apapun predikat yang melekat
pada diri seseorang . Tak peduli
siapapun dia. Jika cinta dalam hatinya tulus. Maka bisa dipastikan ia
akan menapaki jalan suci sebagai mana yang telah Rasulullah tunjuki dalam sabdanya
di atas. Jalan suci pernikahan. Bukan jalan “Permainan” hubungan tanpa status
yang tak berujung. Wallahu ‘a’lam bis
showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar