Keep Move On 'coz if you don't CHANGE you'll DIE

Selasa, 27 Agustus 2013

Mengenal Karakteristik Jama'ah-jama'ah Dakwah

Dakwah akan menjadi tinggi…saat pribadi yang membawanya…sama indah… dengan apa yang di bawanya…
[ Sarwo Widodo Arachnida ]

Radikal…!!! Sampeyan itu terlalu radikal…! Ucapan itu tiba –tiba meluncur tanpa diduga dari lelaki separuh baya yang ada di ujung meja, ayahnya. Sebuah ucapan yang belum pernah didengar sebelumnya. Tidak sekalipun sejak ia mengenal dan memutuskan bergabung dalam barisan kafilah dakwah, pengusung risalah para anbiya'. Kata “radikal” itu membuatnya menginsyafi, sepertinya kali ini ia salah langkah…salah memilih strategi dalam berdakwah. Tiba–tiba mucul sebuah tanya “seperti apakah format dakwah yang ideal itu sejatinya…? ”

Dewasa ini, dakwah Islam mengalami perkembangan. Beragam jamaah dengan berbagai bendera pun bermunculan. Yang mana hampir bisa dipastikan semua jamaah mengaku berjuang dan berdakwah di jalan Allah. Dan masing–masing jamaah mempunyai spesifikasi tertentu dalam dakwah yang mereka usung. Setiap jamaah dakwah mempunyai pendekatan dan sudut pandangnya sendiri. Tanpa perlu menghakimi siapa yang paling unggul dan terbaik. Ada baiknya kita mencoba mengenali sebagian di antaranya. Berikut ini beberapa jamaah beserta karakterisiknya sebagainya pernah disampaikan ustadz Amir Faishol Fath.

Jamaah yang satu ini terlihat begitu cinta dengan masjid. Mereka tak hanya sekedar mencintai masjid, mereka berusaha menghidupkannya. Cara dakwah mereka berkunjung dari masjid ke masjid. Isu utama yang mereka usung ketika menyampaikan dakwahnya adalah mengenai makna laa ilaha illaah. Sering kali terutama selesai shalat berjamaah mereka dengan penuh keyakinan menyampaikan pentingnya memaknai laa ilaha illallah sebagai pondasi untuk meraih kehidupan dunia dan akhirat. Sebagaimana, yang jamak terjadi kini banyak muslim yang mengucapkan laa ilaha illallah tapi dalam kehidupan sehari–hari masih tetap menomor duakan Allah. Melaksanakan shalat tapi tetap bermaksiat. Halal dan haram aturan Allah sering dicampuradukkan. Dosa dan ketaatan masih dijalankan beriringan. Maka, ada kalimat pengantar yang menjadi ciri khas jamaah ini saat memberi taushiah yakni inna najaahanaa wa falaahanaa fiddunya wal akhirah biqodri a’maalinaa bi laa ilaha illallah yang kurang lebih artinya sesungguhnya kesuksesan dan kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat sangat tergantung pada kesungguhan kita dalam mengamalkan laa ilaaha illallah. Meski jamaah ini jarang, bahkan menghindari membicarakan isu dan tema politik anggota jamaah ini tergolong kumpulan orang–orang yang santun penuh persaudaraan. Hampir tidak pernah menjelek-jelekkan, mencaci dan memusuhi jamaah dakwah lainnya. Mereka larut dalam kesederhanaan gaya penampilan dan dakwah mereka. Mereka meyakini bahwa dakwah itu untuk memperbaiki bukan untuk menghakimi apalagi mencaci. Mereka mengisyafi mungkin cara mereka bisa dibilang terlalu tradisional dan mengesampingkan teknologi, tapi bagian merekalah menangani sisi–sisi yang belum tersentuh oleh jamaah dakwah lainnya

Jamaah yang satu ini berbeda lagi. Biasanya mereka duduk khusuk di selasar masjid sambil jemari menggengam tasbih panjang. Mulutnya tak berhenti berdzikir. Ibadah ritual yang menjadi kosentrasi mereka. Terkadang hingga membuat mereka mengacuhkan urusan dunia. Tak makan berhari-hari tak menjadi masalah bahkan dianggap sebagai pencapaian puncak ruhani. Lupa kewajiban pada anak dan istri. Tak hanya itu, bermunajat pada Allah dengan gerakan menari berputar–putar adalah salah satu ciri. Sebagian dari mereka menafsirkan Al Qur’an dengan pendekatan isyari (simbolik) yakni ayat Al Qur’an tak lagi dipahami sesuai makna bahasa Arab yang asli melainkan sebagai simbol dari makna ruhani yang mereka pahami. Para ulama tafsir dan ulumul Qur’an banyak yang tak sepakat dengan hal ini. Banyak yang mengkritisi apa yang dilakukan jamaah ini, sebab Islam yang dibawa Rasulullah ini universal mencakup segala hal bukan hanya ritual. Sebagimana pula yang Rasulullah contohkan, tak hanya rajin shalat tapi juga berjihad di medan perang. Tak hanya dzikir tapi urusan ekonomi dan Negara juga dipikir. Tidak timpang sebelah. Islam hadir tak hanya untuk menajamkan ruhiah kemudian menumpulkan sisi lainya. Justru Islam hadir sebagai solusi untuk semua dimensi.

Jamaah selanjutnya, ia begitu aktif mempromosikan berdirinya khilafah. Jamaah ini berpendapat jika umat Islam kehilangan kekuatannya akibat runtuhnya khilafah yang dianggap sebagai wadah politik untuk menegakkan ajaran Islam. Jamaah ini aktif menggelar beragam kajian dengan tujuan agar wawasan intelektual kaum muslim terbuka dalam berbagi hal. Terlebih mengenai pemahaman Islam dan permasalahan yang berkutat dalam hal intelektual. Namun, kita semua menyadari jika masalah umat ini tak hanya itu. Umat ini perlu tarbiyah yang berkesinambungan untuk menuju tegaknya kembali khilafah ala minhaji nubuwwah. Khilafah yang dulu pernah ada bukan datang begitu saja. Khilafah hadir dalam rentang sejarah perjuangan yang panjang dan pembinaan yang tanpa henti. Meski terkadang keterikatan secara emosional lebih terasa kuat dalam anggota jamaah ini, tetapi signifikansi kontribusi jamaah ini dalam menghadapi tantangan berbagai aliran pemikiran yang menyimpang di tengah masyakat layak untuk dibanggakan. Kita mesti mengakui hal tersebut sebagai terobosan yang mungkin belum dimiliki jamaah lain.

Berikutnya, jamaah kali ini berperan kongkrit dalam menyelesaikan masalah pembinaan akidah dengan kembali memahami nash –nash hadits dengan begitu selektif. Melalui proses tahqiq yang mereka lakukan, banyak hadits–hadits Rasulullah yang awalnya tak diketahui kedukukannya kemudian menjadi jelas klasifikasinya antara yang shahih dan yang dhaif. Menurut jamaah ini kembali pada tuntunan Rasulullah adalah keharusan sehingga tak jarang mereka menghadang fenomena apa saja yang menurut kacamata mereka tak ada nashnya dari Rasulullah. Meski tak jarang sebagian dari mereka yang begitu bersemangat menggebu mudah menjatuhkan anggapan sebuah fenomena yang yak ada teksnya dari Rasulullah sebagai sebuah bid’ah. Sebab tidak semua fenomena perkembangan hidup manusia modern tercover secara lengkap dan mendetail pada zaman rasulullah. Tak sedikit perkembangan tersebut yang membutuhkan ijtihad–ijtihad baru sehingga hal ini mehadirkan lahirnya ulama-ulama fiqih. Yang mana ulama–ulama tersebut menghasilkan berbagai dokumentasi terkait kajian fiqih yang kadang dengan alasan bahwa kita sudah memiliki teks hadits Rasulullah langsung yang mungkin hanya perdasarkan pemahaman versi ilmu sempit kita ijtihad-ijtihad dari ulama fiqih tersebut jadi terabaikan. Dan berujung mudah menjatuhkan vonis ahlu bid’ah atau takfir pada yang jamaah kurang sejalan. Bukankah perbedaan ijtihad belum pernah akan jadi alasan yang cukup untuk saling bertentangan dengan sesama muslim.

Jamaah terakhir yang dibahas kali ini, bersifat komperhensif. Jamaah ini memperhatikan betul pentingnya tarbiyah dan pembinaan keislaman yang utuh. Mereka mencoba memahami manhaj dakwah Rasulullah secara utuh tidak sepotong-sepotong.. Bukan mengambil sebagian kemudian menolak sebagian yang lain. Tak hanya masalah aqidah, fiqih, atau akhlaq sesama manusia namun juga permasalahan ekonomi dan pengelolaan negara. Hal–hal yang prinsip mereka perjuangkan. Mereka menekankan pentingnya bahasa Arab dan mendalami ilmu pengetahuan agama. Begitupun dalam hal ibadah hampir selalu terkontrol peningkatan dan perkembangannya tiap pekan. Sehingga dengan pembinaan intensif yang mereka lakukan diharapkan anggota jamaahnya akan memiliki kualifikasi pribadi muslim yang aqidahnyabenar, ibadahnya benar, akhlaqnya kokoh, pengetahuanya luas, fisiknya kuat dan sehat, produktif dalam hal ekonomi, efektif dan efisien dalam manajemen diri dan waktu dan tentu saja, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Jamaah ini berpendapat jika komitmen para anggota terhadap Islam lebih penting untuk membesarkan jamaah ini dari pada penokohan terhadap sosok tertentu yang ada dalam jamaah.

Demikianlah pemaparan keempat jamaah yang cukup mempunyai ruang dalam dakwah Islam. Ada baiknya jika masing–masing jamaah mempunyai pemahaman jika mereka adalah bagian dari jamaah umat Islam yang besar ini sehingga mereka tak akan pernah memaksakan bahwa umat Islam harus satu kubu dan satu suara dengan jamaah tersebut. Sebab yang terpenting adalah bagaimana bagimana jamaah–jamaah Islam ini bersinergi membangun pilar–pilar kebangkitan Islam dengan cara yang santun dan sesuai dengan syariat tapi juga tetap bisa diterima baik oleh masyarakat. Sebab indahnya Islam yang disampaikan sama indahnya dengan para dai yang membawanya, berasal dari manapun jamaahnya. Semoga… [Kembang Pelangi]

*disarikan dari opening buku Mencari format Gerakan Dakwah Ideal karya Dr. Shodiq Amin

Honeymoon di Toko Buku

karena buku adalah lorong_waktu…
dengannya aku bisa "mendengar" dan belajar langsung pada orang-orang terhebat dari berbagai bangsa dan masa…bahkan yg tak mungkin terjangkau oleh umurku sekalipun.

[Sarwo Widodo Arachnida]

“Woow… cocok ini buat honeymoon... ” katanya sambil takjub melihat sekeliling. “Sepertinya tempat ini jadi tujuan pertama setelah akad nikah suatu saat nanti… hi hi hi” tukasnya lebih lanjut sambil terkekeh. Sedang gadis manis di hadapannya hanya bengong memandang dengan tatapan heran. “Dasar memang akhwat antik… masak iya honeymoon di toko buku… apalagi di Gramedia… “ Mungkin itu yang bakal terucap jika tatapan itu diterjemahkan. Hmmm… toko buku jadi tujuan honeymoon… tak terlalu aneh juga… apalagi bagi sepasang kutu buku.

Begitulah hebatnya buku. Ia bisa jadi begitu mempesona… apalagi bagi yang begitu menyukainya. Tak hanya itu, buku itu terkadang bersifat magis. Ia begitu ajaib… ia tak hanya jadi jembatan penghubung bagi beragam ide dan ilmu antar generasi. Tak jarang buku jadi sarana provokasi yang cukup ampuh. Buku menjadi sangat tangguh untuk memberi pengaruh bahkan boleh jadi membalik sudut pandang berfikir bagi pembacanya. Ia bisa jadi bermata dua, berimbas positif atau negatif.

Sejarah telah mencatat… tak berbilang buku yang berjajar merebut simpati pembaca sebagai bacaan paling favorit dan paling laris sepanjang masa. Sebut saja novel Harry Potter karangan JK. Rowling, siapa manusia di belahan bumi ini yang tak mengenalnya. Novel yang setiap serinya ditunggu kedatangannya. Begitu pula adaptasi filmnya di layar lebar hampir selalu tak kehilangan penggemar. Tak heran jika pengarangnya mendadak menjadi kaya raya ketika karya-karyanya menjadi fenomena. Dan novel ini tak sendiri tak sedikit pula karya fiksi lain yang mengiringi seperti Da Vinci Code karya Dawn Brown, The Lord of the Rings, dan Novel klasik The Alchemist yang terbaca dan terjual paling sedikit 50 juta copy di seluruh dunia.

Jangan salah, tak hanya buku fiksi yang mendapat sambutan yang hangat. Buku non fiksi juga layak mendapat tempat. Buku Merah, demikian orang ramai menyebutnya. The Little Red Book (Quotations from Chairman Mao Tse-tung) adalah salah satu buku non fiksi yang cukup mencengangkan sebagai salah satu buku yang paling banyak dibaca sepanjang masa. Terjual 830 juta eksemplar di seluruh dunia dan diterjemah dalam berbagai bahasa. Buku ini adalah antologi kutipan yang diambil dari tulisan dan pidato Mao Tze Tung (Mao Ze Dong) tokoh komunis Cina. Sebagaimana dikatakan tadi buku adalah jembatan ide, demikian pula buku satu ini jadi penyambung lidah bagi tokoh komunis tersebut untuk menamkan dan memperluas jaringan ideologinya pada generasi selanjutnya. Tak mengherankan jika antara tahun-tahun 1966 dan 1971 adalah merupakan suatu keharusan bagi setiap orang Cina dewasa memiliki dan membaca buku tersebut.

Jika kisah fiksi yang terkadang lebih fasih disebut cerita mimpi dan ideologi semacam komunis menjadikan buku sebagai sumber dan sarana propaganda “manhaj” mereka. Maka adalah sebuah kewajaran atau lebih tepatnya keharusan jika dakwah Islam dan para da’i untuk berkawan baik dengan buku sebagai sumber dan sarana penyampai “manhaj Islam” dari generasi ke generasi. Sebab, hal itu tentu sangat relevan dengan ayat-ayat perdana yang Allah turunkan kepada Rasul terakhirNya.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptkan. Dia telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah !,dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al Alaq 1-5)

Umat muslim, khususnya yang menyandang gelar sebagai da’i penerus risalah para anbiya’ sebaiknya tidak menjauhi apalagi alergi dengan 2 hal ini yakni membaca dan buku. Dengan membaca, otomatis akan semakin memperkaya keilmuan yang dimiliki dan diharapkan nantinya mampu memberi maslahat bagi diri pribadi dan ummat tentunya. Dengan membaca, mereka dapat menelusuri kembali jejak–jejak sejarah kejayaan Islam dengan harapan mampu memunculkan azzam untuk menegakkannya kembali. Dengan membaca, tentu akan menambah khazanah hujjah saat mencoba mencari solusi atas suatu masalah terutama masalah fiqih atau semacamnya. Dengan banyak membaca, seorang muslim akan mampu berbagi banyak pengetahuan baru pada saudara sesama muslim lainya yang belum tahu. Dengan begitu kemanfaatan seorang individu bagi ummat semakin meningkat dan Sabda Nabi tak hanya jadi slogan basi.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain
(HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni.)

Dan 2 hal tersebut adalah kebiasaan para generasi muslim terdahulu bahkan mereka tak sekedar membaca, mereka pula penulis dari buku–buku terkenal yang bermanfaat bagi generasi muslim masa kini. Bahkan tak sedikit pula buah karya mereka menjadi rujukan bagi kaum non muslim. Sebut saja beberapa contohnya seperti, Al Qanun Al-Tibb yang di Barat dikenal dengan The Canons karya Ibnu Sina yang menjadi rujukan wajib bagi dunia kedokteran. Kemudian, Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih) dan Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran) karangan Ibnu Rusydi yang tak kalah populer. Atau, tulisan–tulisan Al Khwarizmi sebagai penemu Al jabar dan angka nol yang begitu penting di dunia matematika modern. Mereka contoh nyata bagaimana Islam sejatinya tak pernah terpisahkan dengan ilmu, membaca dan buku.

Begitupun para pembesar baik di negeri ini maupun belahan dunia sana hampir tak ada yang berjarak dengan buku. Sebutlah Soekarno, bung Hatta, Habibie, Mao Tze Tung, Lenin, dan bahkan Hitler sekalipun. Mereka semua akrab dengan buku. Jadi, jika boleh digaris bawahi bahwa membaca buku turut menjadi salah satu variabel yang mendorong mereka menjadi orang–rang besar di zamannya.

Maka, sekali lagi tak boleh ada kata alergi dalam hal membaca buku bagi generasi muslim masa kini. Sebab salah satu pilar kebangkitan Islam adalah ilmu. Yang bisa jadi kebangkitan dan kejayaan Islam itu akan terasa semakin dekat jika kita akrab dengan salah satu sumbernya ilmu yakni buku.

Tak akan menyesal orang- orang yang menghabiskan waktu dengan membaca buku. Jika tidak sekarang, besok lusa boleh jadi akan bermanfaat apa yang dibacanya tersebut.
(Tere Lije)

Minggu, 11 Agustus 2013

Administratif Surat Nikah


Artikel berikut saya dapatkan dari wolipop.com. Sengaja saya salin di sini sebenarnya untuk bookmark untuk diri sendiri, siapa tau nanti-nantinya butuh #eeaa

Artikelnya adalah tentang cara mengurus surat nikah di KUA. Berikut artikelnya.
Di tengah persiapan mengurus catering, busana, sampai dekorasi, jangan sampai lupa mengurus surat nikah.

Surat nikah merupakan tanda bukti resmi kalau pernikahan Anda dan pasangan telah sah dan dicatat oleh negara. Memang banyak calon pengantin yang enggan mengurus sendiri surat nikah karena kesibukan atau malas membayangkan prosesnya yang rumit. Biasanya mereka menyerahkan hal tersebut kepada keluarga atau orang kepercayaan.

Nah, untuk yang ingin mengurus sendiri berikut tata caranya pengurusan surat nikah di KUA untuk pasangan beragama Islam:
  1. Tentukan Tempat Menikah
  2. Sebelum mengurus surat nikah, tetapkan dulu dimana Anda akan menggelar akad nikad. Lokasi akad nikah ini nantinya akan berpengaruh dalam pengurusan surat nikah. Jika akad nikah akan digelar di area domisili calon pengantin wanita (CPW) maka nanti calon pengantin pria perlu mengurus surat numpang nikah. Jika akad nikah digelar bukan di area domisili CPW maupun calon pengantin pria (CPP) maka dua-duanya perlu mengurus surat numpang nikah.
  3. Waktu Mengurus Surat Nikah
  4. Menurut keterangan di situs resmi KUA Pasar Minggu, surat nikah wajib diurus selambat-lambatnya 10 hari sebelum berlangsungnya akad nikah. Jika pernikahan Anda sudah disiapkan dari jauh-jauh hari, tak ada salahnya mulai mengurus dari 1-2 bulan sebelum pernikahan. Hal ini agar Anda bisa mendapat penghulu yang sesuai dengan jam akad nikah yang Anda inginkan. Apalagi jika Anda menikah di waktu yang ramai, ada kemungkinan jadwal para penghulu sudah mulai padat terisi.
  5. Surat-surat yang Perlu Disiapkan
    • Foto Copy KTP, siapkan sekitar 4 lembar untuk masing-masing pengantin
    • Foto Copy Kartu Keluarga, siapkan sekitar 4 lembar untuk masing-masing pengantin
    • Pas Photo Calon Pengantin, berukuran 2×3 masing-masing 4 lembar & 3×4 masing-masing sekitar 4 lembar. Jika menikah beda pulau, siapkan paling tidak 10 lembar
    • Bagi yang berstatus duda/janda, lampirkan surat Talak/Akta Cerai dari Pengadilan Agama/Negeri
    • Surat dispensasi dari Pengadilan Agama khusus untuk calon pengantin yang berusia kurang dari 19 tahun (laki-laki), kurang dari 16 tahun (perempuan), atau laki-laki yang akan berpoligami
    • Bagi anggota TNI/POLRI dan Sipil TNI/POLRI harus ada Izin Kawin dari Pejabat Atasan/Komandan
    • Ijazah terakhir (ada beberapa KUA yang mensyaratkan, tergantung masing-masing KUA)
    • Materai sekitar 6 lembar
  6. Proses Pengurusan Surat Nikah
  7. Masing-masing pengantin harus mengurus surat nikah dengan proses sebagai berikut:
    • Menuju RT dan RW setempat untuk mengurus surat pengantar (dokumen: fotokopi KTP 2 lembar)
    • Setelah mendapat surat pengantar, CPW dan CPP mengurus surat N1, N2, dan N4, dan surat keterangan belum menikah ke kelurahan tempat tinggal masing-masing (dokumen: pasfoto 3×4 = 2 lembar, fotokopi KTP CPW & CPP 2 lembar, fotokopi KK CPP & CPW 2 lembar, surat pengantar RT/RW). Untuk dokumentasi sebaiknya fotokopi surat N1, N2, N4, dan surat keterangan belum menikah.
    • Surat N1, N2 dan N4 kemudian dibawa ke KUA kecamatan masing-masing CPP dan CPW untuk mengurus surat rekomendasi nikah. Jika CPP atau CPW tidak melangsungkan pernikahan di KUA domisili maka perlu mengurus surat numpang nikah.
    • Jika perlu mengurus surat numpang nikah, maka surat rekomendasi dari KUA masing-masing CPP dan CPW setempat dibawa ke KUA kecamatan tempat Anda menikah. Di situ Anda akan melakukan pendaftaran pernikahan, diberi tahu ketersediaan penghulu yang akan menikahkan, serta diberi pembekalan tentang pernikahan. (dokumen: surat rekomendasi nikah dari KUA domisili, pasfoto 2×3 = 4 lembar, dan surat-surat lain dari KUA setempat).
    • Setelah bertemu dengan penghulu yang akan menikahkan Anda, jangan lupa meminta nomor telepon dan alamat rumah penghulu tersebut untuk penjemputan. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi agar pernikahan Anda berjalan lancar.
    • Total pengurusan biaya surat nikah dari keluarahan sampai KUA sekitar kurang lebih Rp. 200 ribu di luar biaya penghulu. Untuk biaya penghulu biasanya disampaikan langsung oleh penghulu masing-masing. Jumlah tersebut sebaiknya dibayar separuhnya sebelum nikah lalu dibayar sisanya usai akad nikahnya. Biaya penghulu ini jumlahnya bervariasi mulai dari Rp 200 ribu sampai Rp 1,5 juta.
    • Sekitar satu minggu atau 3 hari sebelum waktu akad nikah, tak ada salahnya menghubungi penghulu untuk mengingatkan.
  8. Simpan Rapih Dokumentasi
Kurang lebih, demikian proses mengurus surat nikah secara umum. Di beberapa tempat mungkin ada beberapa aturan yang berbeda sedikit. Setelah proses mengurus surat selesai, simpan rapih dokumentasi surat tersebut. Percayakan kepada salah satu anggota keluarga atau teman dekat untuk berhubungan dengan penghulu di hari H. Anda sebagai pengantin tentu tak mungkin sibuk mengurusnya. Jangan lupa ingatkan kepada orang yang ditunjuk agar ia juga bertanggungjawab menyimpan buku nikah Anda usai akad nikah.

COPAS

Minggu, 04 Agustus 2013

IBU

*ibu...kadang kata yg sulit ku eja wujudnya...#
*ibu...kadang pernah ku ragui cinta tulusnya...#
*ibu...kadang ku sesali...betapa singkat waktu bersamanya...#
*ibu...kadang harus bisa ku terima...hanya bisa bermanja dengannya lewat doa...#
*ibu...kadang dalam sepi ku bertanya...akankah lebih indah...jika kita bersama...di sana..#