Keep Move On 'coz if you don't CHANGE you'll DIE

Kamis, 20 September 2012

DAKWAH ADALAH CINTA



Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.

Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik?

Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi.

Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.

Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Senin, 17 September 2012

Belajar Dari Si Kecil Yang Autis




Belum lama ini, saya membongkar file-file yang ada di MP4 yang selama ini saya gunakan. Sudah cukup banyak file rekaman suara yang saya simpan di sini.

ukan rekaman suara saya saat bernyanyi tapi suara rekaman wawancara saya dengan beberapa narasumber terkait klien yang sedang ditangani. Sebagian besar saya putar ulang tapi tidak sampai selesai. Beberapa rekaman yang sudah tidak diperlukan lagi segera saya delete agar tidak menambah penuh kapasitas.

Saya terdiam lama ketika mendengarkan sebuah rekaman hasil wawancara saya dengan seorang guru SD di sekolah inklusif sekitar awal tahun 2009. Seorang perempuan paruh baya yang menangani murid kelas satu sebanyak 42 orang dengan tiga orang anak autis di dalamnya. Tanpa guru pendamping atau guru berkebutuhan khusus yang bisa hadir setiap harinya. Kesan saya untuknya: ia begitu menikmati pekerjaannya sebagai pendidik.

Sebelumnya, saya menghampiri Erzam, anak laki-laki berkebutuhan khusus yang didiagnosa autis. Usianya sudah 8 tahun, tapi masih duduk di kelas 1. Tubuhnya kecil, bola matanya selalu bergerak dan tidak fokus, rambutnya tegak lurus, dan kulitnya kering.

Saya mencoba menarik perhatiannya, tapi tentu bukan hal yang mudah untuk menghadapi anak autis, terutama saya yang memang jarang berhadapan dengan kasus autis. Erzam sibuk mengusap-ngusap hidungnya, bertepuk tangan, dan tak menghiraukan teman-teman di sekelilingnya. Saya menyapanya, tapi lagi-lagi saya dicuekin.

Pelan, saya memegang tangannya, tapi masih tetap belum ada respon. Seorang teman kelas Erzam menyodorkan buku dan pensil kepunyaan Erzam pada saya. “Ini, Bu, punyanya Ejam,”, begitu ucap si anak. Saya mengambil pensil dan mencoba menggenggamkannya di tangan Erzam.

Ia mengambil pensil itu lalu memutar-mutar pensil itu di ujung tangannya. Saya menuntun tangannya untuk menuliskan sesuatu sambil bergumam, “Ayo, coba kita nulis nama Erzam yuk..” Tapi hanya beberapa saat, Erzam kembali tidak fokus dan berulang-ulang mengusap hidungnya. Kemudian ia bergumam sendiri, lalu bertepuk tangan.

Tanpa saya sadari, ada butiran hangat menyergap bola mata saya. Tak kuasa saya membayangkan perasaan orang tua yang memiliki anak dengan diagnosa autis, betapa mereka melakukan banyak perjuangan untuk dapat membesarkan dan merawat anaknya.

Haru saya kembali bertumpuk saat berbincang dengan guru kelas Erzam. Betapa seorang anak yang disebut autis menjadi sosok yang menyenangkan bagi guru dan teman-temannya.

“kalau kita bernyanyi di kelas, saya selalu panggil nama Erzam dan minta teman-temannya bertepuk tangan untuknya. Erzam kelihatan senang sekali dan langsung maju ke depan kelas. Anaknya baik, tidak suka mengganggu temannya, tapi saya yang tidak punya waktu untuk memberikan perhatian khusus padanya dari sekian murid saya di kelas ini. ingin sekali saya memberikan perhatian lebih.”

“Apakah teman-teman senang dan bisa menerima kehadiran Erzam, bu?” Tanya itu saya sampaikan mengingat erzam adalah anak berkebutuhan khusus dan belum tentu dapat berkomunikasi dengan baik kepada teman-temannya.

“Oh, teman-temannya senang dengan Erzam, karena dia baik. Walaupun duduk di belakang, tapi tidak ada teman yang menjauhinya. Meskipun memang tidak bisa bermain bersama, tapi anak-anak bisa menerima Erzam.” Saya mengakui hal itu sejak saya lihat beberapa teman Erzam sibuk mencarikan buku dan pensil di dalam tas Erzam saat saya mencarinya. Saya mempercayainya ketika beberapa anak laki-laki dengan lembutnya menyapa pundak dan pipi Erzam sambil tersenyum.

Ibu guru itu melanjutkan ceritanya. “Erzam sebenarnya memiliki kemampuan intelegensi yang baik. Ia bisa menghafal sesuatu dengan cepat bahkan lebih baik dibandingkan teman sekelasnya yang masih belum bisa membaca.” Saat istirahat, saya balik menghampiri Erzam yang berkumpul bersama pengasuh dan adiknya di luar kelas.

Adiknya justru sudah duduk di kelas 2 saat ini. beberapa ibu orang tua murid kelas 1 juga sedang berkumpul sambil menyuapkan makanan pada anaknya. Saya pun ikut duduk melantai bersama mereka. Rupanya ibu-ibu itu senang mencandai Erzam. Mereka bertanya tentang hafalan Erzam dalam kosakata bahasa inggris.

“Erzam mah anaknya pintar, cuma susah aja diajak komunikasi. Dia mah bacanya udah lancar, anak saya masih susah bacanya.” Seorang ibu mengagumi Erzam sambil tersenyum. Ibu-ibu lain cuma tersenyum dan menyapa Erzam.

Dalam hati, saya menghargai orang tua yang sudah dapat menerima sistem inklusif di sekolah, dimana anak-anak mereka yang normal memiliki teman sekelas yang berkebutuhan khusus dan mungkin sedikit berbeda dengan mereka. Karena di luar sana, ada banyak orang tua yang enggan jika anaknya digabungkan dengan anak berkebutuhan khusus seperti autis.

Saya sempat menyeletuk pada Rio, adik Erzam yang kini lebih dulu duduk di kelas 2. “Rio sayang ngga sama kak Erzam?”. Rio menggangguk dan berkata “sayang…” sambil sedikit tersenyum dan mengusap kepala kakaknya. Lagi-lagi hati saya bergemuruh mendengar komentar polos itu.


Wah, saya bahkan masih ingat detil kejadian hari itu, dimana saya mendapat banyak pelajaran dari seorang anak kecil yang didiagnosa autis. Anak yang begitu sulit untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, dapat menjadi sosok yang menyenangkan bagi gurunya, teman yang diterima bagi sebayanya, dan disayang oleh adiknya. Betapa keterbatasan yang ia miliki tak mengurangi kuantitas bahagia yang dapat ia bagi kepada orang lain.

Semua orang tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda dan adalah menjadi tidak tepat bagi kita untuk memaksakan orang lain bersikap, berbuat, dan menilai sesuatu seperti apa yang kita lakukan. Layaknya Erzam, mungkin ia tidak dapat mengikuti ritme kehidupan sosial seperti teman sebayanya, tapi ia punya cara sendiri untuk dicintai orang lain dan melengkungkan senyum bagi orang-orang di sekitarnya.

Kita pun berhak punya cara sendiri untuk menjalani hidup ini dan tentunya tidak perlu egois untuk berharap bahwa orang pun akan berbuat sama seperti kita. Ada banyak cara untuk menjadi bahagia, sama seperti halnya ada banyak cara untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain.

Saya memutuskan untuk tetap menyimpan rekaman wawancara tentang Erzam di MP4 itu. Suatu hari mungkin saya butuh untuk mendengar ulang rekaman itu lagi, supaya saya tetap bisa ingat bahwa kita harus belajar menerima diri kita dan orang lain apa adanya.

oleh: Hayati Rahmah

sumber: http://www.eramuslim.com/oase-iman/cetak/belajar-dari-si-kecil-yang-autis
Diposkan oleh duiidwii di 23:30

Sabtu, 15 September 2012



"Seperti elang kami melayang,
Seperti air kami mengalir,
Seperti mentari kami berputar,
Seperti gunung kami merenung,
Di lingkaran kami berpandangan,
Di lingkaran kami mengucapkan,
Aku cinta padamu..."

-Iwan Fals-
Entah apa yang ada dalam benak pasukan muslimin saat itu, ketika sang Jenderal, Thariq bin Ziyad, memerintahkan mereka untuk membakar seluruh kapal yang membawa 7.000 pasukan muslim menginjakkan kakinya di daratan Eropa, Spanyol. Lalu di atas bukit Gibraltar, sambil menghunus pedang sang Jenderal yang baru berusia 25 tahun itu menjawab kebingungan pasukannya: “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa! Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan!”.


Terjawab sudah! Terjawab sudah keheranan pasukan pemberani itu! Jiwa mereka menyala, sadar bahwa mereka sedang dipimpin oleh seorang anak muda berhati singa. Seperti kata pepatah arab: “Sepasukan domba yang dipimpin oleh seekor singa akan mengalahkan pasukan singa yang dipimpin seekor domba”. Maka tak sedikitpun rasa takut menyentuh jiwa mereka, ketika 7.000 pasukan kecil muslim harus menghadapi 100.000 tentara Raja Roderick yang memerintah Spanyol. Sebuah perbandingan pasukan yang tidak berimbang. Hanya saja, 100.000 tentara Spanyol itu tidak sadar jika pasukan kecil yang mereka hadapi ini adalah para pemberani yang dipimpin oleh seorang lelaki berhati singa. Dan Sungai Barbate pun memerah oleh tumpahan darah Raja Roderick dan sebagian besar pasukannya di tangan para pemberani itu…

Sahabat, sesungguhnya sejarah setiap bangsa dimuka bumi ini senantiasa diukir dengan keringat dan darah para pemberani. Mereka hadir dalam kebangkitannya. Mereka hadir dalam kejayaannya. Dan mereka juga hadir dalam kejatuhan dan keruntuhannya. Tidak penting benar pada masa apa mereka hadir. Bagi mereka, keberanian itu adalah keterhormatan yang ditakdirkan hadir dalam persitiwa-peristiwanya sendiri…

Seperti itulah, bangsa Inggris mengenang Ratu Elizabeth I sebagai seorang pemberani. Usianya yang masih muda (25 tahun) tidak menghalangi keberaniannya melawan sekaligus menghancurkan armada laut terkuat di dunia, The Invincible Armada Imperium Spanyol. Bahkan masa kepemimpinannya dianggap sebagai awal lahirnya Imperium Inggris Raya.

Seperti itu pulalah, bangsa Jepang mengenang Saigo Takamori, The Last Samurai, sebagai seorang ksatria pemberani. Ksatria samurai yang mengakhiri masa kekuasaan para Shogun dan mengawali lahirnya Restorasi Meiji. Sebuah proses reformasi yang membawa Jepang menjadi Negara teknologi terkuat di dunia.

Begitu pun bangsa Amerika mengenang George Washington, bangsa China mengenang Jengis Khan, bangsa India mengenang Gandhi, dan bangsa-bangsa lain mengenang para pemberaninya sendiri-sendiri.

Dan bangsa kita, bangsa yang besar ini, juga diukir oleh darah para pemberani. Bangsa ini bangkit dari kubangan nyawa para pemberani. Bangsa ini tegak dari tetesan keringat dan air mata para pemberani. Keteguhan hati Diponegoro, ketajaman mata Hasanuddin, kebeningan jiwa Cokroaminoto, kecerdasan Soedirman, semangat baja Soekarno, dan jiwa menyala para aktivis mahasiswa. Dan masih terlalu banyak manusia-manusia pemberani yang menghiasi lembar-lembar sejarah bangsa kita. Sebagiannya terekam dalam tinta, tetapi jauh lebih banyak lagi yang kisahnya hilang bersama tiupan angin senja. Seperti dedaunan yang jatuh memberi kesuburan pada tanah, memberi kita hidup, dan kita tak pernah tahu berapa jumlahnya serta dari pohon manakah asal mereka…

Sahabat, keberanian itu adalah energi jiwa. Ia dapat dimiliki oleh siapa saja yang memutuskan untuk memilikinya. Hanya saja, keberanian itu adalah energi jiwa yang tak punya arah. Dia bisa meledak ke arah mana saja ia dikehendaki oleh pemiliknya. Itulah sebabnya, keberanian Adolf Hitler digunakan untuk membantai 30 juta manusia. Keberanian Jengis Khan dipakai untuk mengancurkan peradaban-peradaban lain di seluruh dunia. Namun keberanian itu pulalah yang menggerakkan Nelson Mandela untuk mendapatkan hak-hak azasi bangsa dan rasnya, bahkan lebih dari itu menjadi inspirator perjuangan HAM jutaan ummat manusia…

Sahabat, negeri kita ini sedang rindu pada kehadiran kembali para pemberani di atas tanahnya. Bangsa kita ini sedang mencari-cari para pemberani untuk menuntunnya keluar dari keterpurukan menuju kebangkitan peradaban. Negara yang kita cintai ini sedang menanti sekelompok manusia-maniusia pemberani yang akan membawa bendera merah putih untuk memimpin dunia. Para pemberani itu, mungkin saja adalah kita wahai sahabat-sahabatku. Karena itu, persiapkanlah dirimu…
Diposkan oleh Bang Irwan di Selasa, Juni 16, 2009

The Language Of Flowers




 A









• Acacia - Secret love; chaste love; beauty in retirement; elegance; friendship; hope
• Acanthus - Art or artistic; the fine arts; artifice
• Achillea millefolia - War
• Aconite (Wolf's Bane) - Misanthropy
• Acorn - Nordic symbol of life and immortality
• Agapanthus - Love letters
• Agnus castus - Coldness; indifference
• Allspice - Compassion
• Almond Blossom - Hope; lover's charm
• Aloe - Grief
• Alstroemeria - Devotion; friendship
• Alyssum - Worth beyond beauty
• Ambrosia - Love returned
• Amaranth - Fidelity
• Amaranth, Globe - Unchangeable; immortality; unchanging love
• Amaryllis - Pride; Timidity; splendid beauty
• Anemone - Unfading love; truth; sincerity; anticipation; forsaken; fading hope
• Angelica - Inspiration
• Aniseed - Restoration of youth
• Apple blossom - Preference; good fortune
• Arbor Vitae - True friendship
• Arbutus - Thee only do I love
• Artemisia - Dignity
• Asphodel - My regrets follow you to the grave
• Aster - Love; daintiness
• Azalea - Take care of yourself for me; fragile passion; temperance; Chinese symbol of womanhood










  B










• Bachelor's Buttons - Celibacy; single blessedness; hope in love
• Baby's Breath - Everlasting love; happiness; pure in heart
• Basil - Best Wishes; love; hatred
• Bay Leaf - Strength; I change but in death
• Bear's Breeches - Art or artistic; the fine arts; artifice
• Begonia - Beware
• Betony - Surprise
• Bells Of Ireland - Good luck
• Bilberry - Treachery
• Bird Of Paradise - Magnificence
• Bittersweet - Truth
• Bluebell - Humility; constancy
• Borage - Courage; bluntness
• Bouquet of withered flowers - Rejected love
• Broom - Humility; neatness
• Bulrush - Indiscretion; docility
• Burnet - A merry heart
• Buttercup - Cheerfulness; ingratitude; childishness; desire for riches










  C










• Cactus - Endurance; warmth; grandeur
• Calendula - Joy
• Calla - Magnificent beauty
• Camellia - Admiration; perfection; good luck gift to a man; loveliness
• Camellia (Pink) - Longing for you
• Camellia (Red) - You're a flame in my heart
• Camellia (White) - You're adorable
• Camomile - Energy in adversity
• Candytuft - Indifference
• Carnation (in general) Bonds of affection; health and energy; fascination; alas for my poor heart
• Carnation (pink) - I'll never forget you
• Carnation (purple) - Capriciousness; whimsical; changeable
• Carnation (red) - My heart aches for you; admiration
• Carnation (solid colour) -Yes
• Carnation (striped)- No; refusal; sorry I can't be with you; wish I could be with you
• Carnation (white) -Sweet and lovely; innocence; pure love; woman's good luck gift
• Carnation (yellow) - You have disappointed me; Rejection; disdain
• Cattail - Peace; prosperity
• Cedar - I live for thee; think of me
• Celandine - Joys to come
• Chamomile - Patience ; attracts wealth
• Chysanthemum (in general) - Cheerfulness; You're a wonderful friend
• Chysanthemum (red) - I love
• Chysanthemum (white) - Truth
• Chysanthemum (yellow) -Slighted love
• Cinnamon - My fortune is yours
• Clover (four-leaf) - Good luck; be mine
• Columbine - Folly
• Coreopsis - Always cheerful
• Corn - Riches
• Cornflower - Delicacy; refinement
• Coriander - Lust
• Cowslip - Pensiveness; winning grace
• Coxcomb - Foppery
• Crocus - Cheerfulness; abuse not; joy
• Crown Imperial - Majesty; power
• Cyclamen - Resignation and goodbye; diffidence










  D










• Daffodil - Respect; regard; unrequited love; deceit
• Dahlia - Good taste; instability
• Daisy - Innocence; loyal love; purity; faith; cheer; simplicity
• Dandelion - Wishes come true; faithfulness; happiness; rustic oracle
• Daphne odora - Painting the lily
• Delphinium - Airy
• Dogwood - Durability










   E










• Edelweiss - Daring; noble courage
• Eglantine - Poetry; I wound to heal
• Elder - Zealousness
• Elm - Dignity
• Eucalyptus - Protection
• Eupatorium - Delay










  F










• Fennel - Worthy of all praise; strength
• Fern - Sincerity
• Fern (Magic) - Fascination; confidence and shelter
• Fern (Maidenhair) - Secret bond of love
• Feverfew - Protection
• Fig - Argument
• Fir - Time
• Flax - Domestic symbol; fate; I feel your kindness
• Forget-me-not - True love; memories; forget me not
• Forsythia - Anticipation
• Foxglove - Insincerity
• Fuchsia - Good taste
• Fuller's Teasel - Misanthropy










   G










• Gardenia - You're lovely; secret love; refinement; joy
• Garland of roses - Reward of virtue
• Garlic - Courage; strength
• Geranium (Oak leafed) - Friendship
• Geranium (Rose) - Preference
• Geranium (Scented) - Preference, melancholy; stupidity; folly
• Gillyflower - Bonds of affection
• Gladiolus - Love at first sight; ready-armed; strength of character; generosity
• Gloxinia - Love at first sight
• Golden Rod - Precaution
• Grass - Submission; utility
• Guelder Rose - Winter; age










   H










• Harebell - Submission; grief
• Hawthorn - Hope
• Hazel - Reconciliation
• Heather (lavender) - Admiration; solitude
• Heather (pink) - Good luck
• Heather (white) - Protection; wishes will come true; good luck
• Helenium - Tears
• Heliotrope - Devotion; eternal love; faithfulness
• Hemlock - You will be my death
• Hibiscus - Delicate beauty
• Holly - Good will; defence; domestic happiness; foresight
• Hollyhock - Female ambition; fecundity
• Honesty - Honesty; fascination
• Honeysuckle - Generous and devoted affection; sweetness of disposition
• Hop - Injustice
• Hyacinth (general) - Rashness, sorrow, flower dedicated to Apollo
• Hyacinth (blue) - Constancy
• Hyacinth ( purple) - I'm sorry; please forgive me; sorrow
• Hyacinth (red or pink) - Play
• Hyacinth (white) - Loveliness; I'll pray for you
• Hyacinth (yellow) - Jealousy
• Hydrangea - Thank you for understanding; frigidity; heartlessness; vanity
• Hyssop - Wards away evil spirits; cleanliness










    I










• Ice plant - Your looks freeze me
• Iris - Faith; hope; wisdom and valour; my compliments; eloquence; message
• Ivy - Fidelity; friendship; affection; marriage










   J










• Jasmine - Amiability; wealth; grace and elegance
• Jonquil - Love me; affection returned; desire; sympathy
• Judas Tree - Unbelief; betrayal
• Juniper - Protection; succour










  K










• Kingcup - Desire for riches










  L










• Laburnum - Forsaken; pensive beauty
• Larkspur (pink) - Fickleness; levity
• Laurel (mountain) - Ambition; glory
• Lavender - Devotion, distrust
• Lemon - Zest
• Lemon Balm - Brings love
• Lemon verbena - Attracts opposite sex
• Lilac - First love
• Lily (general) - Purity
• Lily (calla) - Beauty
• Lily (day) - Coquetry
• Lily (eucharis) - Maidenly charms
• Lily (orange) - Hatred
• Lily (tiger) - Wealth; pride
• Lily (white) - Virginity; purity; majesty; it's heavenly to be with you
• Lily (yellow) - I'm walking on air; false and gay
• Lily of the valley - sweetness; return to happiness; humility; perferct purity
• Lobelia - Malevolence
• Love-in-a-mist - Perplexity
• Love-lies-bleeding - Hopeless; not heartless
• Lupin - Voraciousness; admiration










  M










• Magnolia - Sweetness; beauty; love of nature; nobility; dignity; splendid beauty
• Marigold - Comforts the heart; grief; cruelty; jealousy; sacred affection
• Marjoram (sweet) - Joy and happiness; blushes
• Meadowsweet - Uselessness
• Michaelmas Daisy - Afterthought; farewell
• Mignionette - Your qualities surpass your charms
• Mimosa - Sensitivity
• Mint - Protection from illness; warmth of feeling; virtue
• Mistletoe - Kiss me; affection; I surmount difficulties; sacred plant of India, magic plant of the Druids
• Monkshood - Beware, a deadly foe is near; chivalry
• Morning Glory - Affectation
• Moss - Maternal love; charity
• Myrrh - Gladness
• Myrtle - Love; love in absence; remembrance; Hebrew emblem of marriage
• Myrtle (wax) - Discipline; instruction










   N










• Narcissus - Egotism; formality; stay as sweet as you are; you love yourself too well; self-esteem
• Nasturtium - Conquest; victory in battle; maternal love; charity; patriotism
• Nightshade - Truth










  O










• Oak leaves - Bravery
• Oleander - Caution; beware
• Orange - Generosity
• Orange Blossom - Wisdom; purity; eternal love; your purity equals your loveliness
• Orange (mock) - Deceit
• Orchid - Love; beauty; refinement; you flatter me
• Orchid (Cattleya) - Mature charm










  P










• Palm leaves - Victory and success
• Pansy - Thoughts; love
• Parsley - Festivities
• Pasque Flower - You have no claims
• Peach blossom - Longevity; I am your captive
• Peony - Shame; bashfulness; anger; indignation
• Peppermint - Warmth of feelings
• Periwinkle (blue) - Early friendship
• Periwinkle (white) - Pleasures of memory
• Persicaria - Restoration
• Petunia - Resentment; anger; your presence soothes me; never despairing
• Phlox - Agreement; unanimity; sweet dreams
• Pine - Hope; pity
• Pink - Boldness
• Poinsettia - Be of good cheer
• Polyanthus - Pride of riches
• Poppy (general) - Eternal sleep; oblivion; imagination; extravagance
• Poppy (red) -Pleasure; fantastic extravagance
• Poppy (white) - Consolation; sleep
• Poppy( yellow) - Wealth; success
• Prickly Pear - Satire
• Primrose - I can't live without you; early youth; young love
• Primrose (evening) - Inconstancy










  Q










• Quaking Grass - Agitation
• Queen Anne's Lace - Fantasy
• Quince - Temptation










  R










• Ranunculus - You are radiant with charms
• Rocket - Rivalry
• Rose (red) - Love ; I love you
• Rose (white) - Eternal Love; innocence; heavenly; secrecy and silence
• Rose (pink) - Perfect happiness; please believe me
• Rose (yellow) - Friendship; jealousy; try to care
• Rose (black) - Death
• Rose (red and white) - Together; unity
• Rose (thornless) - Love at first sight
• Rose (single, full bloom) - I love you; I still love you
• Rose bud - Beauty and youth; a heart innocent of love
• Rose bud (red) - Pure and lovely
• Rose bud (white) - Girlhood
• Rosebud (moss) - Confessions of love
• Roses (bouquet of full bloom) - Gratitude
• Roses (garland or crown of) - Beware of virtue; reward of merit; crown ; symbol of superior merit
• Roses (musk cluster) - Charming
• Rose (tea) - I'll always remember
• Rose (cabbage) - Ambassador of love
• Rose (Christmas) - Tranquilize my anxiety; anxiety
• Rose (damask) - Brilliant complexion
• Rose (dark crimson) - Mourning
• Rose (hibiscus) - Delicate beauty
• Rose leaf - You may hope
• Rosemary - Remembrance; commitment; fidelity
• Rudbeckia - Justice
• Rue - Disdain










 S










• Saffron - Beware of excess
• Sage - Wisdom; long life; domestic virtue
• Salvia (blue) - I think of you
• Scabious - Unfortunate love
• Shamrock - Lightheartedness
• Smilax - Loveliness
• Snapdragon - No; deception; gracious lady; presumption
• Snowdrop - Hope
• Spearmint - Warmth of sentiment
• Spiderflower - Elope with me
• Spindle Tree - Your charms are engraved on my heart
• Statice - Lasting beauty
• Star of Bethlehem - Atonement; purity
• Stephanotis - Happiness in marriage; desire to travel; come to me
• Stock - Lasting beauty; promptness
• Strawberry - Perfect goodness
• Sunflower - Loyalty; haughtiness; you are splendid
• Sweet Basil - Good luck
• Sweet pea - Goodbye; departure; blissful pleasure; Thank you for a lovely time
• Sweet William - Grant me one smile; perfection; gallantry
• Syringa - Memory










  T










• Tamarisk - Crime
• Thrift - Sympathy
• Thyme - Strength and courage; activity
• Tuberose - Dangerous pleasure
• Tulip(general) - Fame; charity; declaration of love;
• Tulip(red) - Believe me; declaration of love
• Tulip(variegated) - Beautiful eyes
• Tulip(yellow) - Hopeless love










  U










  V










• Valerian - An accommodating disposition
• Vernal Grass - Poor but happy
• Veronica - Fidelity
• Violet - Modesty; faithfulness
• Violet (blue) - Watchfulness; faithfulness; I'll always be true
• Violet (white) - Let's take a chance on happiness
• Viscaria - Will you dance with me?










 W










• Wallflower - Fidelity in adversity
• Water Lily - Purity of heart
• Wistaria - I cling to you
• Woodruff - Sweet humility
• Wormwood - Absence










 X










• Xeranthemum - Cheerfulness under adversity










  Y










• Yarrow - Health; healing
• Yew - Sorrow










  Z










• Zinnia - Thoughts of friends
• Zinnia (magenta) - Lasting affection
• Zinnia (mixed) - Thinking of an absent friend
• Zinnia (scarlet) - Constancy
• Zinnia (white) - Goodness
• Zinnia (yellow) - Daily remembrance