dengannya aku bisa "mendengar" dan belajar langsung pada orang-orang terhebat dari berbagai bangsa dan masa…bahkan yg tak mungkin terjangkau oleh umurku sekalipun.
[Sarwo Widodo Arachnida]
“Woow… cocok ini buat honeymoon... ” katanya sambil takjub melihat sekeliling. “Sepertinya tempat ini jadi tujuan pertama setelah akad nikah suatu saat nanti… hi hi hi” tukasnya lebih lanjut sambil terkekeh. Sedang gadis manis di hadapannya hanya bengong memandang dengan tatapan heran. “Dasar memang akhwat antik… masak iya honeymoon di toko buku… apalagi di Gramedia… “ Mungkin itu yang bakal terucap jika tatapan itu diterjemahkan. Hmmm… toko buku jadi tujuan honeymoon… tak terlalu aneh juga… apalagi bagi sepasang kutu buku.
Begitulah hebatnya buku. Ia bisa jadi begitu mempesona… apalagi bagi yang begitu menyukainya. Tak hanya itu, buku itu terkadang bersifat magis. Ia begitu ajaib… ia tak hanya jadi jembatan penghubung bagi beragam ide dan ilmu antar generasi. Tak jarang buku jadi sarana provokasi yang cukup ampuh. Buku menjadi sangat tangguh untuk memberi pengaruh bahkan boleh jadi membalik sudut pandang berfikir bagi pembacanya. Ia bisa jadi bermata dua, berimbas positif atau negatif.
Sejarah telah mencatat… tak berbilang buku yang berjajar merebut simpati pembaca sebagai bacaan paling favorit dan paling laris sepanjang masa. Sebut saja novel Harry Potter karangan JK. Rowling, siapa manusia di belahan bumi ini yang tak mengenalnya. Novel yang setiap serinya ditunggu kedatangannya. Begitu pula adaptasi filmnya di layar lebar hampir selalu tak kehilangan penggemar. Tak heran jika pengarangnya mendadak menjadi kaya raya ketika karya-karyanya menjadi fenomena. Dan novel ini tak sendiri tak sedikit pula karya fiksi lain yang mengiringi seperti Da Vinci Code karya Dawn Brown, The Lord of the Rings, dan Novel klasik The Alchemist yang terbaca dan terjual paling sedikit 50 juta copy di seluruh dunia.
Jangan salah, tak hanya buku fiksi yang mendapat sambutan yang hangat. Buku non fiksi juga layak mendapat tempat. Buku Merah, demikian orang ramai menyebutnya. The Little Red Book (Quotations from Chairman Mao Tse-tung) adalah salah satu buku non fiksi yang cukup mencengangkan sebagai salah satu buku yang paling banyak dibaca sepanjang masa. Terjual 830 juta eksemplar di seluruh dunia dan diterjemah dalam berbagai bahasa. Buku ini adalah antologi kutipan yang diambil dari tulisan dan pidato Mao Tze Tung (Mao Ze Dong) tokoh komunis Cina. Sebagaimana dikatakan tadi buku adalah jembatan ide, demikian pula buku satu ini jadi penyambung lidah bagi tokoh komunis tersebut untuk menamkan dan memperluas jaringan ideologinya pada generasi selanjutnya. Tak mengherankan jika antara tahun-tahun 1966 dan 1971 adalah merupakan suatu keharusan bagi setiap orang Cina dewasa memiliki dan membaca buku tersebut.
Jika kisah fiksi yang terkadang lebih fasih disebut cerita mimpi dan ideologi semacam komunis menjadikan buku sebagai sumber dan sarana propaganda “manhaj” mereka. Maka adalah sebuah kewajaran atau lebih tepatnya keharusan jika dakwah Islam dan para da’i untuk berkawan baik dengan buku sebagai sumber dan sarana penyampai “manhaj Islam” dari generasi ke generasi. Sebab, hal itu tentu sangat relevan dengan ayat-ayat perdana yang Allah turunkan kepada Rasul terakhirNya.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptkan. Dia telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah !,dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al Alaq 1-5)
Umat muslim, khususnya yang menyandang gelar sebagai da’i penerus risalah para anbiya’ sebaiknya tidak menjauhi apalagi alergi dengan 2 hal ini yakni membaca dan buku. Dengan membaca, otomatis akan semakin memperkaya keilmuan yang dimiliki dan diharapkan nantinya mampu memberi maslahat bagi diri pribadi dan ummat tentunya. Dengan membaca, mereka dapat menelusuri kembali jejak–jejak sejarah kejayaan Islam dengan harapan mampu memunculkan azzam untuk menegakkannya kembali. Dengan membaca, tentu akan menambah khazanah hujjah saat mencoba mencari solusi atas suatu masalah terutama masalah fiqih atau semacamnya. Dengan banyak membaca, seorang muslim akan mampu berbagi banyak pengetahuan baru pada saudara sesama muslim lainya yang belum tahu. Dengan begitu kemanfaatan seorang individu bagi ummat semakin meningkat dan Sabda Nabi tak hanya jadi slogan basi.
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain
(HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni.)
Dan 2 hal tersebut adalah kebiasaan para generasi muslim terdahulu bahkan mereka tak sekedar membaca, mereka pula penulis dari buku–buku terkenal yang bermanfaat bagi generasi muslim masa kini. Bahkan tak sedikit pula buah karya mereka menjadi rujukan bagi kaum non muslim. Sebut saja beberapa contohnya seperti, Al Qanun Al-Tibb yang di Barat dikenal dengan The Canons karya Ibnu Sina yang menjadi rujukan wajib bagi dunia kedokteran. Kemudian, Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih) dan Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran) karangan Ibnu Rusydi yang tak kalah populer. Atau, tulisan–tulisan Al Khwarizmi sebagai penemu Al jabar dan angka nol yang begitu penting di dunia matematika modern. Mereka contoh nyata bagaimana Islam sejatinya tak pernah terpisahkan dengan ilmu, membaca dan buku.
Begitupun para pembesar baik di negeri ini maupun belahan dunia sana hampir tak ada yang berjarak dengan buku. Sebutlah Soekarno, bung Hatta, Habibie, Mao Tze Tung, Lenin, dan bahkan Hitler sekalipun. Mereka semua akrab dengan buku. Jadi, jika boleh digaris bawahi bahwa membaca buku turut menjadi salah satu variabel yang mendorong mereka menjadi orang–rang besar di zamannya.
Maka, sekali lagi tak boleh ada kata alergi dalam hal membaca buku bagi generasi muslim masa kini. Sebab salah satu pilar kebangkitan Islam adalah ilmu. Yang bisa jadi kebangkitan dan kejayaan Islam itu akan terasa semakin dekat jika kita akrab dengan salah satu sumbernya ilmu yakni buku.
Tak akan menyesal orang- orang yang menghabiskan waktu dengan membaca buku. Jika tidak sekarang, besok lusa boleh jadi akan bermanfaat apa yang dibacanya tersebut.
(Tere Lije)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar