"Senja ini Aku mendapat satu
pelajaran berharga dari seseorang yang biasa kupanggil 'kakak'. Bahwa ternyata
mencintai itu membutuhkan energi yang luar biasa besarnya..........."
Mencintai,
apapun konteksnya dan kepada siapapun rasa itu ditujukan, tetap memerlukan
suatu kekuatan yang cukup besar. Kekuatan untuk kecewa, mengalah, disakiti,
sampai pada titik terbesar adalah kekuatan untuk ikhlas dalam mencintai. Sisi
manusiawi seorang manusia yang ingin cintanya bersambut dan berbalas pun tak
lepas dari pamrih seseorang dalam mencintai. Memang hal yang wajar manakala
pamrih tersebut disertai dengan kedewasaan dalam mencintai, jadi harapan untuk
tidak bertepuk sebelah tangan pun tidak menjadi suatu ambisi yang dengan
frontal diperjuangkan.
Saat kita telah berani
mendeklarasikan diri bahwa kita mencintai seseorang, maka selayaknya kita pun
sudah menyiapkan space hati untuk kemudian merasa kecewa. Karena idealnya orang
mencintai, pastilah punya harapan terhadap objek lain di luar dirinya. Dan
hidup tidak selalu berjalan di atas rel-rel harapan yang telah Kita bangun.
Adakalanya meleset sedikit, adakalanya meleset agak jauh, bahkan keluar jalur
juga memungkinkan. Semua jelas menguji kesiapan mental dan kedewasaan kita
dalam mencintai. Dan pastinya, kekuatan kita pun diuji.
Selanjutnya, dalam mencintai pun
kita wajib menyiapkan kekuatan lain untuk mengalah dan bersedia bersikap dewasa
untuk setia memberi. Karena (menurut Saya, hakikat cinta itu adalah pelayanan,
dan pelayanan terimplementasi dalam proses 'memberi'). Memberi apapun demi
membuat yang dicinta bahagia. Fuih... sepintas kedengarannya sangat 'lebay' dan
membebani. Tapi memang dalam kenyataannya seperti itu. Jangan dulu mengumbar
kata 'cinta' jika memang belum siap masuk dalam proses memberi, apalagi
melayani. Kemudian memberi di sini dapat diperluas menjadi memberi rasa aman
dan nyaman. Berarti sudah masuk dalam tahap 'menjaga' orang yang dicinta.
Cakupan menjaga pun dapat dibuat lebih detail lagi. Mulai dari menjaga perasaan
sampai menjaga nama baiknya di depan orang lain. Tak rela orang yang dicinta
terlukai dan tersakiti. Juga tak rela melihatnya dikatakan buruk oleh orang
lain. Semua terangkum dalam kesediaan memberi. Memberi dedikasi dan loyalitas
untuk yang dicinta. Dan semua itu butuh kekuatan yang tidak sedikit.
Terakhir dan yang menjadi inti dari
mencintai, adalah keikhlasan dalam merasakan rasa cinta tersebut. Ikhlas untuk
menerima apapun konsekuensi dari mencintai. Karena mencintai adalah sebuah
keputusan, maka sepatutnya sudah ada komitmen keikhlasan di dalamnya. Dengan
ikhlas, semua kekuatan dan energi yang harus dikeluarkan seseorang dalam
mencintai akan terasa lebih bermanfaat. Bukan lagi menganggap mencintai itu
sebagai sebuah beban yang menyiksa jiwa dan raga. Namun, ia bisa merasakan
bahwa mencintai itu dapat menjadi suplemen bagi jiwa sehingga akan terus
memotivasi dirinya sendiri untuk terus berubah menjadi manusia yang lebih
berkualitas dalam mencintai manusia lainnya. Ya, karena cinta selalu butuh
proses pembelajaran panjang yang tidak akan pernah berhenti. Dan setiap orang
berhak untuk itu.
Allahu'alam bishowab.
[quotes from 1 of my favorite blog]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar